Injil Katolik Minggu Adven Pertama 30 November 2025
Minggu 30 November 2025 merupakan Hari Minggu Adven I, yang juga dirayakan sebagai perayaan Santo Andreas Rasul. Dalam liturgi gereja Katolik, warna liturgi untuk hari ini adalah ungu, yang melambangkan harapan dan kesedihan akan kedatangan Tuhan.
Bacaan pertama dalam liturgi hari ini berasal dari Kitab Yesaya 2:1-5. Dalam bacaan ini, Yesaya menggambarkan masa depan ketika Tuhan akan menghimpun semua bangsa dalam kerajaan-Nya yang damai abadi. Tuhan akan menjadi hakim antara bangsa-bangsa dan menjaga perdamaian di antara mereka. Bacaan ini mengajak umat Katolik untuk berharap dan percaya bahwa keadilan serta damai akan tercapai di akhir zaman.
Mazmur Tanggapan
Mazmur tanggapan untuk hari ini adalah Mazmur 122:1-2,4-5,6-7,8-9. Mazmur ini menyampaikan sukacita atas pengunjungan ke Yerusalem, tempat rumah Tuhan berada. Mazmur ini juga mengandung doa agar Yerusalem sejahtera dan damai turun atas wilayahnya. Umat Katolik diajak untuk bersukacita dan berdoa bagi kesejahteraan umat manusia.
Bacaan Kedua
Bacaan kedua berasal dari Surat Roma 13:11-14a. Paulus menulis kepada orang-orang Kristen bahwa keselamatan sudah dekat pada kita. Ia memperingatkan para murid untuk tidak hidup dalam kegelapan tetapi mengenakan perlengkapan senjata terang, yaitu iman kepada Tuhan Yesus Kristus. Bacaan ini mengajarkan pentingnya kesadaran spiritual dan kehidupan yang sopan serta penuh kasih.
Bait Pengantar Injil
Bait pengantar injil adalah Mazmur 85:8 dengan refren Aleluya. Bait ini mengajak umat untuk memohon kepada Tuhan agar menunjukkan kasih setia-Nya dan memberikan keselamatan dari-Nya.
Bacaan Injil
Bacaan injil hari ini adalah dari Matius 24:37-44. Yesus mengingatkan para murid-Nya untuk selalu berjaga-jaga dan siap siagalah karena Anak Manusia akan datang pada saat yang tidak diketahui. Dia menggunakan contoh zaman Nuh, di mana orang-orang tidak menyadari bahaya sampai air bah datang. Bacaan ini mengajarkan bahwa kita harus selalu siap menghadapi kedatangan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.
Renungan Harian Katolik
“Karena itu, hendaklah kamu juga siap sedia, sebab Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga.”
Renungan hari ini mengajak umat Katolik untuk hidup dalam kesadaran bahwa Tuhan bisa datang kapan saja, baik dalam bentuk besar maupun hal-hal kecil. Seperti yang disampaikan Yesus, kedatangan-Nya tidak selalu terlihat spektakuler, tetapi sering kali muncul di tengah rutinitas kehidupan.
Kita sering terjebak dalam kesibukan modern seperti bekerja, membalas pesan, atau mengejar target. Namun, jika kita kehilangan kepekaan terhadap kehadiran Allah, kita hidup seperti orang yang “tidur rohani.” Yesus mengingatkan kita untuk selalu berjaga-jaga dan siap siaga, karena kita tidak tahu kapan Tuhan akan datang.
Dalam konteks iman Katolik, kesiapsediaan bukan berarti hidup dalam ketakutan, tetapi hidup dalam kesadaran penuh akan kasih Allah setiap hari. Kesiapan adalah sikap hati yang terbuka, rendah hati, dan penuh iman.
Santo Yohanes Paulus II pernah berkata, “Kita dipanggil untuk berjaga, bukan karena takut akan masa depan, tetapi karena kita percaya bahwa Allah datang untuk menyelamatkan.” Berjaga bukanlah menanti dalam cemas, tetapi menanti dalam cinta.
Berjaga di Tengah Dunia Modern
Tuhan mungkin tidak mengetuk hati kita dengan terompet malaikat, tetapi Ia bisa menyapa kita melalui hal-hal kecil seperti teman yang meminta waktu untuk didengarkan, orang miskin yang meminta belas kasih, atau panggilan untuk memaafkan yang masih kita tunda. Siap sedia berarti peka terhadap sapaan Tuhan dalam hal-hal sederhana.
Kita tidak perlu takut terhadap “hari Tuhan,” karena hati yang hidup dalam cinta selalu siap menyambut-Nya. Seperti pelita yang menyala di malam hari, hidup yang dipenuhi doa dan kasih adalah tanda kesiapan yang sejati.
Doa Penutup
Tuhan Yesus, ajarilah aku untuk selalu berjaga dan siap menyambut-Mu dalam setiap hal kecil di hidupku. Jangan biarkan aku tertidur oleh kesibukan dunia, tetapi bangunkan aku dengan Roh-Mu agar hatiku senantiasa terbuka bagi kasih-Mu. Amin.
Refleksi Hidup
Apakah aku masih peka terhadap kehadiran Tuhan dalam keseharianku?
Adakah hal yang membuatku “tertidur” secara rohani — kesibukan, kebiasaan, atau rasa takut?
Bagaimana aku bisa lebih siap menyambut Tuhan hari ini?